Mempersiapkan Lembaga Keuangan Indonesia Menghadapi Risiko Perubahan Iklim

Mengingat pentingnya keberlanjutan, lembaga keuangan perlu mempersiapkan diri dengan lebih baik melalui manajemen risiko yang terintegrasi

1/13/20252 min read

a pile of coins sitting on top of a table
a pile of coins sitting on top of a table

Perubahan iklim merupakan salah satu isu global yang semakin mendesak, dengan dampak yang mulai dirasakan di berbagai sektor, termasuk sektor keuangan. Lembaga keuangan di Indonesia, sebagai negara berkembang, dihadapkan pada risiko yang semakin besar terkait perubahan iklim, baik dari sisi risiko fisik maupun transisi. Mengingat pentingnya keberlanjutan, lembaga keuangan perlu mempersiapkan diri dengan lebih baik melalui manajemen risiko yang terintegrasi, kebijakan proaktif, dan penerapan prinsip keberlanjutan dalam operasional mereka.

Jenis Risiko Perubahan Iklim bagi Lembaga Keuangan

Perubahan iklim dapat mempengaruhi lembaga keuangan di Indonesia melalui dua jenis risiko utama: risiko fisik dan risiko transisi.

  1. Risiko Fisik Risiko fisik berkaitan dengan dampak langsung perubahan iklim terhadap aset dan operasi lembaga keuangan. Beberapa contoh risiko fisik antara lain:

    • Bencana Alam: Indonesia, yang terletak di kawasan rawan bencana alam, seperti banjir, gempa bumi, dan tsunami, semakin rentan terhadap bencana alam yang diperburuk perubahan iklim. Bencana ini dapat merusak infrastruktur dan properti yang menjadi jaminan pinjaman atau investasi lembaga keuangan, mengganggu operasi bisnis, dan meningkatkan klaim asuransi.

    • Perubahan Pola Cuaca: Perubahan iklim yang menyebabkan cuaca ekstrem, seperti kekeringan atau hujan lebat yang tidak terduga, dapat merugikan sektor-sektor yang rentan, seperti pertanian. Gangguan ini dapat mempengaruhi kemampuan sektor tersebut untuk memenuhi kewajiban finansial, meningkatkan risiko kredit bagi lembaga keuangan.

  2. Risiko Transisi Risiko transisi berkaitan dengan perubahan dalam kebijakan, teknologi, dan pasar yang diperlukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Lembaga keuangan di Indonesia harus siap menghadapi dampak kebijakan yang mengarah pada ekonomi rendah karbon. Beberapa risiko transisi meliputi:

    • Regulasi: Regulasi yang semakin ketat mengenai emisi karbon dan energi terbarukan memaksa lembaga keuangan menyesuaikan portofolio investasi atau kebijakan kredit mereka untuk memenuhi persyaratan keberlanjutan yang lebih ketat.

    • Pasar: Peralihan ke sektor-sektor ramah lingkungan, seperti energi terbarukan, dapat mengurangi minat investasi pada sektor energi fosil. Lembaga keuangan yang tidak beradaptasi berisiko mengalami kerugian investasi.

Pentingnya Manajemen Risiko Perubahan Iklim di Lembaga Keuangan

Menghadapi potensi dampak besar perubahan iklim, lembaga keuangan perlu menyusun strategi manajemen risiko yang tepat. Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain:

  1. Penilaian dan Pemantauan Risiko Iklim Lembaga keuangan harus melakukan penilaian menyeluruh terhadap risiko iklim, baik fisik maupun transisi, dengan menganalisis aset yang dimiliki, sektor yang dibiayai, serta dampak perubahan iklim terhadap operasi mereka. Pemantauan regulasi terkait perubahan iklim juga penting untuk mengantisipasi perubahan kebijakan.

  2. Integrasi Risiko Iklim dalam Keputusan Investasi Lembaga keuangan harus mempertimbangkan risiko perubahan iklim dalam keputusan investasi. Dengan mengembangkan portofolio investasi yang lebih berkelanjutan, lembaga keuangan dapat memitigasi kerugian dan mendukung transisi ke ekonomi hijau.

  3. Transparansi dan Pelaporan yang Lebih Baik Lembaga keuangan perlu meningkatkan transparansi dengan mengikuti pedoman global, seperti Task Force on Climate-related Financial Disclosures (TCFD), dalam melaporkan risiko dan peluang terkait perubahan iklim. Ini membantu investor dan pemangku kepentingan membuat keputusan yang lebih tepat.

  4. Penguatan Kebijakan Internal Memperbarui kebijakan internal dengan memasukkan pertimbangan risiko iklim dalam pengambilan keputusan merupakan langkah penting. Ini mencakup pengelolaan risiko yang lebih ketat dan pengembangan produk keuangan untuk mendukung inisiatif ramah lingkungan.

  5. Pelatihan dan Pendidikan Sumber Daya Manusia Lembaga keuangan perlu memastikan bahwa karyawan dan manajer memahami risiko perubahan iklim dan dampaknya terhadap operasi mereka. Pelatihan berkelanjutan tentang manajemen risiko perubahan iklim akan memperkuat kemampuan lembaga untuk mengelola risiko tersebut.

Peran Lembaga Keuangan dalam Mendorong Keberlanjutan Ekonomi

Lembaga keuangan juga memiliki peran penting dalam mendorong keberlanjutan ekonomi. Dengan memberikan pendanaan untuk proyek-proyek yang mendukung mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, seperti energi terbarukan dan pengelolaan limbah, lembaga keuangan dapat mempercepat transisi ke ekonomi yang lebih hijau. Mereka juga dapat menyediakan produk keuangan yang mendukung adaptasi perubahan iklim, seperti asuransi atau pinjaman untuk teknologi ramah lingkungan.

Kesimpulan

Perubahan iklim adalah tantangan besar bagi sektor keuangan di Indonesia. Lembaga keuangan yang mampu menilai dan memitigasi risiko perubahan iklim dengan strategi manajemen risiko yang tepat akan lebih siap menghadapi tantangan dan peluang dalam ekonomi yang semakin mengutamakan keberlanjutan dan mitigasi perubahan iklim.